Jangan Asal Dalam Berkata Insya Allah

07:47

Makna kata insya allah “Jika Allah menghendaki” dewasa ini sudah sangat lumrah diucapkan diberbagai kalangan. Baik anak anak, remaja, pemuda / pemudi  yang sudah mulai berjanji kepada temannya senantiasa menggunakan kata ini di kesehariannya.

Sebenarnya sangat baik bila dilihat dari segi penggunaannya yang mengarah kepada kehidupan islami.  Akan tetapi banyak yang menganggap sepele kata insya allah ini. Misalnya saja saat berjanji yang potensi untuk tidak menepatinya lebih besar dibanding potensi untuk menepatinya. Maka untuk mengamankan diri dan menyenangkan lawan bicara maka dia akan menggunakan kata insya allah. Bukan hanya kepada sesama muslim, bahkan ketika berjanji kepada teman, rekan kerja, ataupun atasan yang non muslim kata insya allah ini sudah sangat menjamur. Terlebih lagi kata insya allah ini kadang digunakan oleh non muslim.

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,’ tanpa (dengan menyebut), ‘Insya Allah.’” [QS. Al-Kahfi: 23-24]

Sebuah kisah yang terdapat dalam surah Al – Kahfi (penghuni gua). Menurut riwayat ada beberapa orang quraisy bertanya kepada nabi Muhammad SAW tentang roh, ashabul  kahfi dan zulqarnain. Lalu beliau menjawab datanglah kepadaku besok pagi agar aku ceritakan. Dan beliau tidak mengucapkan insya allah (Jika Allah menghendaki). Tetapi ternyata besoknya wahyu tentang hal itu tidak datang, sehingga nabi Muhammad SAW tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Maka turunlah ayat 23-24 Surah Al kahfi ini sebagai pelajaran kepada nabi Muhammad SAW. Bilamana nabi Muhammad SAW lupa mengucapkan insya allah.

Jika Allah menegur nabi dengan menurunkan ayat ini, maka kita yang hanya bergelar sebagai hamba dan pengikut nabi Muhammad SAW harus lebih terasa dengan teguran yang menjadi ayat suci tersebut.

Alhamdulillah kata insya allah ini sudah menjamur. Tapi banyak yang asal berlontar dan tidak paham maknanya, seolah mereka non muslim yang hanya ikut - ikutan berlontar. Insya Allah membuat sebuah perjanjian menjadi lebih berarti karena pada saat mengucapkan kita melibatkan Allah, Kita hanya bergantung kepada Allah Swt untuk menentukan sesuatu itu bisa atau tidak dilakukan. Bahkan bila Allah menghendaki, masih saja ada, yang dengan sengaja mengingkari kehendak Allah tersebut.

Kata Insya Allah, bila disepelekan bisa saja membuat lawan bicara tidak percaya lagi ketika kita menggunakannya untuk kedua kali. Semisal, ketika awalnya berjanji menggunakan kata “Insya Allah”, dan ketika berhalangan hadir (tidak oleh kecelakaan dan bencana, tetapi dengan sengaja), maka ketika berjanji lagi untuk selanjutnya akan mengurangi kepercayaan orang yang pernah kita kecewakan dengan janji yang dibuat. Jika seperti itu, bisa memunculkan pertanyaan lagi bagi orang yang menerima janji, “apakah tadi’ Insya Allah iya, atau insya allah enggak?”.

 Janji bila sudah dibuat maka kita harus bertanggung jawab untuk memenuhinya. Karena janji merupakan hutang, bisa saja hal tersebut menjadi penghalang manusia memasuki surga. Maka dari itu jangan asal berlontar Insya Allah.

Muhammad Syukur. Bantimurung, 27 Juli 2016

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Like this ya