Surat Untuk Sahabat

00:44 2

Teruntuk dirimu yang sedang mengadu nasib di seberang pulau. Adakah rindu yang sempat mencuat di hatimu kala mengingat kampung halamanmu?. Kampung halaman dimana kamu tumbuh menjadi pemuda dewasa seperti sekarang ini. Tempat dimana tawa dan candamu mulai terukir, engkau rangkai bagai bunga yang masih segar dan wangi dan engkau susun bagaikan permainan puzzle saat kecil dulu.

Adakah cinta yang sempat kau tinggalkan disini ? Atau ada kebencian yang mengharuskanmu meninggalkan kota dimana engkau belajar pahitnya kehidupan. Ahh, mungkin tidak keduanya. Kami tahu engkau pergi untuk sebuah tujuan dan harapan yang engkau genggam bersama kepalan tangan kuatmu saat bekerja disana.

Tujuanmu sungguh mulia dengan tanggung jawabmu sebagai khalifah di muka bumi. Tuhan mengkaruniakan kepada dirimu udara untuk kau campur adukan dengan nafasmu. Serta semangat untuk kau dekap harapan itu bersama kalbu yang selalu bersyukur.

Aku terkadang iri denganmu, iri dengan pencapaianmu yang kalah satu langkah terhadapku. Iri dengan kekuatan hatimu serta keberanianmu untuk mengambil keputusan itu. Merantau. Tapi aku tahu engkau tidak sendiri disana, engkau bersama tuhan yang selalu engkau sembah di setiap sujud yang susah payah engkau bangun. Engkau bersama orang orang terbaik yang menghiasi harimu.

Aku masih disini, berteman dengan orang orang lokal seperti engkau saat masih disini dulu. Aku masih disini, belajar di  kota tempat dimana aku lahir dan menghabiskan seluruh hidupku hingga saat ini. Aku masih disini, bekerja berusaha memenuhi kebutuhan hidupku bersama orang orang yang masih setia kepadaku. Semoga kesetiaan mereka tidak akan meremehkan sesuatu, atau bahkan sampai merebahkannya, semoga tidak. Akupun mendoakan itu untukmu. Semoga engkau mendapatkan orang orang yang setia dan selalu dipertemukan dengan orang orang baik disana.

Cinta, bagaimana dengan cintamu disana? Apakah engkau telah menemukan dambaan hatimu? apakah engkau telah menemukan penguat di setiap jejak langkahmu?, teman bercanda dan menghabiskan waktu untuk bercerita tentang daerahmu dan segala leluconnya? politik penghianatan, dan keserakahan, atau perekonomian, seni,  serta kreasi anak – anak mudanya. Mungkin itu telah engkau ceritakan kepada cintamu. Cinta yang mungkin hanya kepada ibu kostmu, atau orang yang engkau tuakan disana.

Apakah engkau masih berpikir aku masih disini, akan menikah dengan orang orang lokal, membangun keluarga yang warahmah? Mengapa engkau tidak tanyakan itu pada dirimu mungkin saja jodohmu disini, masih engkau simpan hingga nanti kau kembali untuk menjemputnya. Jangan terlalu penasaran dengan jodoh karena kelak engkau pasti menemukannya. Berdoa saja, karena tuhan menciptakan jarak sebagai rasa rindu, dan doa sebagai penghubungnya.

Mungkin adik adikmu telah bertanya kapang kamu pulang. Kapan engkau mengunjungi pusara kakek nenekmu sekedar untuk mengingatkanmu pada kematian? Atau apakah mungkin nanti setelah engkau menikah, baru engkau sempatkan kunjunganmu. Semoga doa yang engkau panjatkan di penghujung sholatmu sampai untuk mereka.

Aku masih disini belajar tentang ekonomi dan keuangan yang menjadi masalah setiap orang. Mulai dari para wakil rakyat, bahkan pelaku bom bunuh diripun mengalami masalah ekonomi. Mungkin ilmu yang kau peroleh sudah semakin bertambah bukan?. Apa kabar dengan ilmu agamamu duhai sahabat, apakah senantiasa ditambah juga ?. Semoga iya, karena alangkah meruginya kita wahai sahabatku jika hanya membiarkan tahun berlalu tanpa bertambahnya ilmu. Karena akan tiba masanya kita yang akan menjadi pengajar, baik untuk istri/suami, juga untuk anak anakmu kelak. Siapa tahu saja tahun depan, atau tahun tahun terdekat, akan ada orang spesial yang akan kita beri pelajaran.

Semoga di penghujung tahun ini banyak bekal ilmu yang diperoleh dari tahun tahun yang telah kita jalani di tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda. Juga, semoga harapan (untuk dikabulkan) senantiasa menjadi tujuan dari setiap doa kita. Semoga di tahun yang akan datang keinginan untuk dekat dengan orang orang yang baik nan sholih terwujud. Jauh dari zina dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

Maros, 31 Desember 2016

Telusur Celebes Canyon dan Pohon Jomblo Barru

07:14 0

Jum’at 23 Desember 2016. Sepoi angin pagi, begitu hangat dengan candaan dibuahi teh susu hangat dan semangkuk kue. Mohon ijin keluar sebentar hari ini | iya diijinkan. Tujuan hari ini sudah direncanakan seminggu yang lalu, jum’at ada libur jadi disempatkan untuk menjelajahi sebagian kecil kabupaten Barru. Ide ini muncul setelah mendengar cerita dari teman teman juga sedikit jelajah akun instagram dengan hastag #explorebarru. Akhirnya muncul sebuah kesimpulan untuk mengunjungi celebes canyon dan pohon jomblo (bukit lakeppo) yang sama sama berada di kecamatan Tanete Riaja, hanya beda desa saja.

Mulai jalan dari Maros pukul 10.00, setelah sebelumnya menunggu bidadari bidadari (@oktovianasudarlina dan @evhy_novianty) dari kayangan dulu berkumpul di kampus yapim Maros. Cuaca yang cukup cerah dibalik awan gelap yang sempat bergemuruh pagi tadi, tapi sekejap lenyap seolah merestui perjalanan kami hari ini. Rencana ingin mengendarai vespa milik si @boedhizoftware, tapi dengan sedikit perbincangan kecil akhirnya mengendarai moju (motor jupitermx) lagi.

Setelah bertemu keempat pejalan dari Maros, saatnya mengail kawan yang ada di pangkep. @nawirthawonk @kappiteng . Sayang sekali, harus menunggu beberapa menit lagi karena kappiteng yang baru bangun. Pagi menjelang siang menjejal aroma makanan di sekitar wilayah pangkep, dan dibumbuhi dange dari Segeri serta Lemo (Jeruk) yang tersusun rapi di pinggir jalan mengiringi perjalanan kami. Akhirnya, setelah melewati perbatasan pangkep Barru, terlihat pemandangan yang cukup menarik di tepi kanan gunung dan tepi kiri pantai. Disini selalu menjadi tempat andalan kala melewati jalan trans sulawesi - Pare pare.  Di depan pantai ini terdapat sebuah pertamina, kami manfaatkan untuk mengisi bahan bakar sebanyak Rp. 20.000 sudah cukup untuk pergi dan pulang.

Berhubung karena hari ini adalah hari yang berkah (Hari Jum’at) maka kami memanfaatkan peluang besar untuk melaksanakan sholat jum’at beberapa  puluh kilometer dari rumah. Mencoba mencari perbedaan tata cara orang Barru sholat jum’at. Ternyata tidak ada bedanya, kami ummat muslim sama sama melakukan ibadah yang sama, walaupun di tempat yang berbeda. Pada rangkaian shalat jum’at semua ummat muslim sama sama mendengar khutbah dari seorang khatib sama sama sholat dua rakaat dan sama sama merasakan ketenangan. Itulah yang membuat ummat muslim kaya “kebersamaan”. Tidak seperti yang digambarkan resim – resim radikal yang memperebukan kekuasaan di belahan dunia lain. Ba’da sholat jum’at perjalanan pun dilanjutkan, tapi sebelumnya harus mengisi bahan bakar usus dulu. Bukan hanya kendaraan yang butuh bahan bakar. Perut juga.



Jalur menuju Celebes Canyon Desa Libureng Kecamatan Tanete Riaja ini, tepat pada lampu merah pertama yang ditemui setelah memasuki Kabupaten Barru. Belok kanan dan menemui pasar lokal masyarakat Barru. Tak jauh dari pasar ini terdapat jalur rel kereta api yang diatasnya dibangun jembatan layang sebagai jalur transportasi warga. Jalan poros disamping pasar ini adalah jalur yang menghubungkan kabupaten Barru dan Soppeng. Jadi cukup ramai di siang hari, tapi tidak sepadat jalan dikota.


Menurut info dari warga yang sempat kami tanya, ada sekitar sepuluh sampai dua belas kilometer untuk sampai di celebes canyon dari jalan poros.  Tapi itu bukan sebuah halangan apalagi hambatan. Jalur sejauh itu sudah biasa kami lalui. Sekitar tujuh kilometer masuk terdapat papan nama yang menunjuk ke arah kanan (Air terjun wae sai’) tapi itu tidak termasuk ke dalam jadwal kami. Mungkin lain waktu  jika ada kesempatan.

Menyusuri perjalanan yang sejuk, di kiri kanan ada areal persawahan, sesekali kami menyebrangi sungai, dan dihadapan kami terpampang gunung yang berdiri kokoh, bak sebuah benteng pada pertempuran. Tak lama kemudian akhirnya kami menemukan papan petunjuk kecil berwarna kuning, sepertinya dibuat oleh mahasiswa KKN yang pernah tinggal di desa ini. Arah celebes canyon ke arah kiri. Tapi pada saat kunjungan kami, jalan masih sementara di perbaiki. Jadi motor harus disimpan didekat pemukiman warga. Tidak jauh keatas. Karena  hal ini, sehingga membutuhkan stamina yang kuat untuk berjalan. Sebenarnya trip tidak sah apabila tanpa hentakan kaki. Bukan hentakan ban. Setelah berjalan sekitar lima ratus meter melewati pinggiran gunung dan pematang sawah, akhirnya sampai juga ke tempat yang menjadi doa malam itu.

Celebes Canyon, mewah dengan kesan ornamen batu yang begitu lembut. Tersusun tidak beraturan tapi artistik. Seperti biasanya, peralatan memotret pun dikeluarkan. Mencari spot spot keren untuk background. Mungkin waktu tiga puluh menit cukup untuk menyelesaikan perjalan ini. Karena perlengkapan yang  kurang memadai akhirnya kami memutuskan untuk tidak mandi.

#POHON JOMBLO (BUKIT LAKEPPO)

Adalah pohon yang dikelilingi padang rumput yang begitu luas. Sejauh mata memandang, hanya kehijauan yang terpampang. Subhanalah, Masya Allah. Indah sekali mahakarya sang pencipta. Semoga hambanya yang menikmati tempat ini tidak lupa bersyukur. Tempat ini memang masuk dalam jadwal perjalanan, tapi kami tidak tahu jalan menuju kesana.

Akhirnya, setelah beberapa kali bertanya kepada warga sekitar kami pun menemukannya. Kondisi jalan yang tidak begitu memadai, menjadi  masalah bagi motor yang ceper. Kondisi jalan yang berbatu tajam. Membuat motor saya terpingkal pingkal. Tapi tidak masalah demi sebuah keindahan. Karena sesuatu yang indah akan butuh perjuangan untuk menggapainya.

Bagi yang punya kepenatan hidup, bisa menjadikan tempat ini untuk berteriak bebas, sekencang kencangnya sesuai jalur masalah masing masing. Dipuncak bukit yang masih saja hijau oleh rumput ini, sebenarnya terdapat beberapa pohon kecil yang sepertinya akan membantahkan status pohon jomblo yang berada di tengah bukit ini. tapi dibalik puncak bukit juga terpampang keindahan yang tidak kalah manisnya.

Seperti biasa, jurus yang dikeluarkan tetap sama, meraih alat penyimpan gambar. Dan mengambil beberapa gambar pada setiap spot menarik. Sebelum memasuki bukit lakeppo ini, dibagian bawah, terdapat padang rumput yang sengaja diberi pagar. Rumput yang ada didalamnya begitu subur, jika diandaikan itu adalah kasur mungkin sudah banyak yang berbaring ditempat itu. Hipotesisnya, para petani yang memagari rumput itu adalah warga sekitar yang punya ternak kuda. Karena kami sempat bertemu dengan beberapa ekor kuda yang sedang bersantap di padang hijau ini.

Bagaikan bukit pada film masa kecil “teletubies”. Tempat ini pasti memiliki sejarah, pohon ini pasti memiliki  sejarah, dan biarlah sejarah itu tetap tersimpan sebagai pengingat bagi  manusia yang hidup pada generasi selanjutnya.

***




Waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul 17.00, kami harus bergegas kembali. Perjalanan yang melewati tiga kabupaten ini masih butuh waktu sekitar dua jam. Senja yang memudarkan penglihatan sore itu membuat kami menyinggahi rel kereta api yang masih jarang ditemukan oleh kami masyarakat Maros. Sekedar mengambil gambar untuk kenangan. Sebelum kami  masuk, sudah ada beberapa anak muda yang juga menikmati senja di rel ini. Tak lama kemudian, suara lantang adzan magrib pun terdengar. Kami harus segera bergegas, menutup kisah perjalanan hari ini. Tak lupa sebelum menutup perjalanan ini, kami sempatkan membeli dange’ sebagai oleh oleh dari pangkep, rasanya manis. Semanis kisah persahabatan kami.

Negeri di Atas Awan, Lolai Toraja

06:29 0
Kringkkringg kringking. Denting suara alarm menyeka kegiatan sore ini. Sudah pukul lima sore. Mengingat sebentar malam ada acara duduk sambil melintasi beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan. Kegiatan sore ini dikantor harus dihentikan. Walau ini adalah hari sabtu, pekerjaan yang tidak bisa dibendung banyaknya memaksa kami harus menyelesaikannya di hari libur. Apalagi salah seorang teman sedang cuti, dan pekerjaannya dilimpahkan sepenuhnya.

Sembari mengingatkan kembali posisi teman yang fix berangkat, kami berkomunikasi via line dan BBM. Menyiapkan perlengkapan untuk hangout selama dua hari. Tujuan kami kali ini adalah Lolai (negeri di atas awan) Toraja. Salah satu Kabupaten andalan Sulawesi Selatan dengan objek wisata budaya, alam, dan sejarahnya yang tidak tertandingin oleh kabupaten lainnya. Ke Toraja, Setelah sebelumnya keinginan untuk ketempat ini tertunda karena teman kerja, pemuda asal Medan dan Palu harus kembali ke tempat asalnya.

Pukul 20.00 wita kami berangkat dari kota Maros menyusuri aspal dingin yang baru saja kering diterpa hujan sore tadi. Alam sebagai joki andalan, mengendarai kuda dengan mulus. Tiba di kabupaten pertama setelah melewati Butta Salewangan, bergabung seorang pemuda lokal pangkep dalam perjalanan yang menakjubkan kali ini. Nawir, Halim dan Rustan.

Seperdua malam yaitu pukul 00.30 kami tiba di kabupaten Enrekang. Tepat di hadapan gunung nona yang menatap kami menantang. Tapi segera kami tepis dengan semangkuk mie instan rebus ditambah telur sebagai menu andalan anak muda kere. Warung – warung disini sengaja dibuat dengan tekstur bangunan yang tinggi. Dan dibagian belakang dibuat terbuka agar membuat pengunjung tertarik dengan suasananya. Walaupun sudah tengah malam, samar -samar terlihat bentuk gunung nona di kejauhan. Mungkin akan lebih menarik berada di warung ini pada siang hari. Apalagi dengan hembusan angin sepoi yang memanjakan.

Setelah rehat sejenak. Pukul 01.00 Kami melanjutkan perjalanan dengan oleh oleh teng teng berbentuk balok yang ditawarkan oleh masyarakat lokal, katanya berkhasiat menghilangkan dingin bagi pemuda (sudah kayak selimut). Sekitar pukul 03.00 dinihari kami sampai di pusat kota Makale. Icon kotanya adalah sebuah kolam besar yang ditengahnya terdapat patung pemuda berdiri. Di dalam kolam terbias warna lampu yang wana warni dari hotel dan kantor pemerintah yang ada disekelilingnya. Di tempat ini terlihat rombongan pemuda yang awalnya kami pikir adalah penduduk lokal. Ternyata mereka adalah pengunjung dari Makassar yang juga akan menuju ke lolai (negeri di atas awan).

Kebetulan ini adalah kunjungan pertama kami berlima, dan kami belum tahu jalur menuju Lolai Toraja.  Kami mengikuti rombongan pemuda tadi. Di persimpangan kota Rantepao setelah melewati patung kerbau belang ada sebuah gereja yang disampingnya berjejer rumah tongkonan yang kelihatannya masih baru. Berbelok ke sebelah kiri dan mengikuti petunjuk dari rombongan tadi. Dengan mengendarai motor mereka dengan gesit melintasi jalur mendaki menuju lolai. Dengan jalan yang berliku menanjak, ini sedikit menjadi tantangan buat Alam. Tapi itu mampu dilewati dengan seksama.

Pada tahap awal, ada sebuah lokasi yang dijadikan  basecamp oleh pengunjung yang mungkin juga dari Makassar. Tapi disini tidak terlalu ramai. Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Setelah beberpa kilometer dari lokasi tadi, antrian kendaraan sudah mulai nampak. Walaupun dinihari menjelang subuh begini masih banyak kendaraan yang mengatur posisi parkir. Kabarnya banyak dari mereka yang memang memanfaatkan waktu dinihari menjelang subuh begini untuk menunggu pagi dan tidak ingin menginap di puncak lokasi tongkonan lempe.

Akhirnya kami sampai pada pukul 03.40. Sebelum memasuki lokasi ada sebuah pos yang dijadikan tempat pembelian karcis. Dan biaya karcis masuk Lolai tergolong murah, yaitu Rp. 10.000 per orang. Dan untuk biaya penjagaan (parkir) kendaraan adalah Rp. 10.000. Mencari lokasi di antara tenda tenda yang telah dibangun (disewakan). Akhirnya dapat lokasi disamping kiri tongkonan lempe. Di puncak ini terdapat lima Tongkonan yang kabarnya dari keturunan keluarga Lempe.  Makanya tongkonan pada puncak ini disebut “tongkonan Lempe”. Di dalam tongkonan terdapat pengunjung yang beristirahat. Entah berapa sewa satu malam di tongkonan ini. Tapi untuk tenda ditaksir sekitar Rp. 130.000 – Rp. 150.000 per tenda sudah lengkap dengan kasurnya. 

Tempat sholat di Toraja

Selama perjalan di Toraja, belum pernah nampak sosok masjid. Mungkin belum berjodoh menemui masjid di kabupaten yang mayoritas non muslim ini. Tapi pada Tongkonan Lempe sisi kanan ada pemandangan menarik. Tongkonan ini digunakan sebagai tempat sholat dan ini lokasinya di Lolai. Meskipun tak ada mushollah seperti di tempat wisata pada umumnya, di tempat ini tersedia tikar dan beberapa helai sajadah. Subuh hari secara bergantian pengunjung yang beragama islam memanfaatkan tempat ini untuk menunaikan keajaiban, mensyukuri nikmat dan keindahan pandangan yang diberikan oleh sang penciptanya. Dibelakang tongkonan ini juga terdapat tempat wudhu dan wc umum gratis.

Detik munculnya awan

Pada pukul 05.00 ramainya pengunjung sudah terlihat, mengambil posisi menanti terbitnya matahari (sunrise) di ufuk timur gunung toraja. Setelah cahaya sudah mulai menerpa bumi gerombolan awan mungil datang menampakan wajah manisnya. Mirip ikan koi yang muncul di antara ikan jabir dari sebuah kolam ikan. Subhanallah ! indah dan damai sekali suasana pagi itu. Sungguh besar mahakarya dan maha kuasanya Allah. Hamparan awan yang menyelimuti seluruh wilayah pemukiman di Toraja. Hanya terlihat puncak gunung berwarna biru gelap di timur sana. Rasanya benar benar seperti sedang berada di negeri di atas awan. Mungkin hampir mirip di film perjalanan mencari kitab suci, saat kera sakti saat sedang berada di negeri dewanya.

Pengunjung dengan senjata andalan modernnya mengambil pose respect jika sedang berada di depan kamera. Ada yang memakai tongsis, drone, gopro, DSLR, dan kamera handphone.  Mengabadikan moment berharga di minggu 11 Desember 2016 ini. Kami tak mau ketinggalan, dengan memanfaatkan kotak digital seadanya. Jepretan demi jepretan mulai terdengar. Aktor dengan berbagai gaya sudah mulai beraksi.  

Mungkin pertanyaan yang sering mengganggu calon pengunjung negeri di atas awan Lolai Toraja adalah kemunculan awan yang masih belum bisa diprediksi. Tapi hari itu keberuntungan berpihak, walaupun pada saat berangkat dari Maros masih hujan. Setelah di puncak lolai ini cuaca sangat mendukung. Tips, biasanya akan ada cerah setelah hujan, dan awan akan senang jika menghiasi langit yang pernah basah.  Dan kemunculan awan yang cukup lama yaitu pada pukul 05.00 – kami pulang yaitu pukul 09.00. 



Wisata Tongkonan di Kete' Kesu
Sebelum kembali ke Palopo kami menyempatkan diri mampir untuk wisata budaya dan sejarah di Kete' kesu. Salah satu objek wisata yang tersedia disini. Saat masuk ke gerbang utama, berjejer tongkonan yang beberapa diantaranya di bagian atap sudah ditumbuhi tumbuhan. Salah satu tongkonan yang berukuran besar ternyata adalah sebuah museum. Di dalamnya terdapat benda benda pusaka, koin yang digunakan sebagai alat pertukaran, perlengkapan dapur bahkan sampai pakaian orang dulu toraja terdapat di tempat ini.

Menelusuk ke bagian belakang, terdapat lokasi penguburan mayat. Tapi disini mayat mayat yang sudah lama, karena banyak yang terlihat tinggal tengkorak dan peti yang sudah lapuk.

Like this ya