Pesona Bukit Kanari Cenrana Maros

15:33 4
1) Pintu langit katanya
Hari itu Sabtu 02/09/2017, komplotan anak muda yang hendak mengikuti trend kekinian tempat wisata mencoba meracik rencana. “Mau kemana hari ini ?”. Sepertinya  pertanyaan itu yang pertama terusik dihati kala ayam dikandangnya sudah mulai  berkokok. 

Tempat wisata yang menarik dan indah didukung oleh tersebarnya gambar gambar di akun media sosial, menjadi hal yang banyak digandrungi anak muda  saat ini. Lokasi yang belum pernah dijamah sebelumnya adalah tujuan langkah kaki yang belum menemui kepastian. Bukan kepastian mengenai jodoh, tapi kepastian tentang jalan seperti apa yang mestinya ditapaki. Jiahhh....

Akan menjadi salah satu tempat wisata andalan kabupaten Maros. Bukit kanari namanya, biasa kami ucapkan dengan bukit kenari karena kata itu lebih familiar, Cuma beda “a dan e”. Sebuah  tempat wisata yang terletak di Dusun Malaka  desa Cenrana baru Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Jalur masuknya  sama dengan jalur Air terjun lacolla, hanya saja di beberapa kilometer terakhir sebelum mencapai Air terjun Lacolla, ada tikungan ke arah kiri yang menanjak (ditandai dengan papan petunjuk). Kondisi jalan saat kami kesana masih dalam tahap perbaikan. Jadi apabila ada dua orang pengunjung yang berpapasan salah satunya harus mengalah. Kami memanfaatkan jalan lebih mulus yang ada ditepi, karena dibagian tengah jalan masih dipenuhi batu putih yang apabila melintas diatasnya memberi guncangan yang berbeda dari naik odong odong. Mungkin saat ini kondisi jalannya  sudah lebih baik. Amin!.

Meet point kali ini di Pertamina Jawi Jawi, menunggu mereka yang satu persatu sudah memenuhi tangki motornya dengan bahan bakar yang saat ini sudah mulai dikurangi kapasitas pemakaiannya dimasyarakat oleh pemerintah. setelah semua Ready go!! perjalanan baru kami mulai ba’dda duhur. Sembari memenuhi kewajiban, di Desa Samanggi yang dikenal dengan jagungnya yang melimpah.

 Cuaca cukup cerah di awal September ini. Membawa para anak muda dan beberapa anak dara melintasi kawasan yang biasa disebut tikungan delapan. Sebuah jalan di poros Maros Bone yang cukup menantang kalau hanya ingin dijadikan arena latihan menyaingi pembalap Valentino Rossi. 

Sejuk daerah ketinggian mulai terasa ketika sudah masuk di kampung Pangia. Roda motor terus berputar hingga membawa kami sampai ke puncak bukit kanari. Di pintu gerbang, ada pengelola yang terlihat masih seusia SMA bertugas untuk membuka dan menutup palang bambu yang dibuat sederhana. Biaya karcis untuk ke bukit kanari ini ditetapkan lima ribu rupiah, sebagai balas jasa bagi mereka yang berusaha mengelolah keindahan alam ciptaan Allah swt. 

Bagi pengunjung yang tidak membawa air atau cemilan, tenang saja, karena tepat di depan tempat parkir, ada pedangang kaki lima (padahal hanya punya dua kaki) yang mungkin bermukim tidak jauh dari tempat ini. 

Di lokasi pertama ada empat tempat yang bisa dijadikan area untuk berfoto atau berselfie ria; 1) pintu 2) sayap 3) balai yang memiliki bendera dan 4) love. Silahkan mencicipi keempatnya , kalau kuat. Kalau berusaha hemat foto silahkan pilih saja salah satunya. Bukan hanya itu, apabila ketempat yang lebih tinggi anda akan menemukan spot yang lain. sayang, hari kami tidak begitu panjang, jadi kami putuskan untuk dilokasi yang pertama ini saja. Next time, insha Allah. 
 
2) Balai - Bukit Kanari Maros
3) Sayap - Bukit Kanari Maros
3) bentuk Love - Bukit Kanari Maros
Tempat wisata baru. Salah satu daya tariknya adalah adanya foto keren yang berusaha dikeren kerenkan agar bisa mendapat peringkat di media sosial sebagai penjelajah awal. Bukan penjelajah dunia fantasi.  Resikonya kalau pas hari libur, kadang harus mengantri. Ini hanya urusan dunia. Jadi, tidak ada salahnya mendahulukan orang lain. kecuali urusan akhirat, jangan mau kalah. Karena kita dianjurkan berfastabiqul khairat “Berlomba lomba dalam kebaikan”. 

Sejatinya berada di ketinggian membuat kita bisa melihat hal hal yang lebih dibawah. Dan itu tampilannya lebih kecil. Ibarat sebuah foto yang berbingkai, dari bukit kanari ini kita bisa melihat bingkai kota camba yang begitu hijau dan asri. Keramahan penduduk, esensi budaya dan keanekaragaman flora yang masih bisa hidup dengan nyaman. Mayoritas penduduknya yang masih mengandalkan tanah sebagai pusat mata pencaharian menjadikan tanaman menjadi komoditas utama bagi perekonomian keluarga. Hasil pangan, sayuran serta buah buahan berasal dari kota Camba ini  banyak dijual dikota, bersaing dengan hasil dari Malino. 
 
Bukit kanari sedikit terbuka menerima panas matahari dibanding puncak Makkaroewa, jadi disarangkan pakai kacamata, topi dan bahan pelindung panas lainnya (boleh pinjam baju pelindung  panas dari pemadam kebakaran) yang menambah kenyamanan anda berpetualang di tempat terbuka. Tapi jika itu mustahil dilakukan, berpenampilan santai, oke juga!. Karena sepertinya akan sangat indah menyaksikan sunset dibalik gunung dari puncak bukit kanari ini. Sayang jika dilewatkan. 
 
Team : Harusnya tujuh belas orang.
Air terjun Lacolla saat kemarau
Oiya, setelah menjelajah bukit kenari ini, kami sempatkan ke air terjun lacolla. Pernah saya kunjungi sebelumnya di 2015, penasaran ingin melihat seperti apa wajahnya saat ini.  Alhasil, dari  hasil kunjungan, ada perasaan lega, karena kondisi jalan yang sudah mumpuni dibanding dua tahun lalu. Dan trek ke air terjun yang dulunya lumayan terjal dan licin saat ini sangat aman dengan anak  tangga yang saya lupa menghitungnya  sampai ke  tepi sungai. Saat kemarau seperti ini debit air sangat sedikit jadi, tidak beda dengan musim hujan.

Atmosfer Kampus

19:02 3
Kembali ke rutinitas. 

Hari ini atmosfer yang sama akan kembali kurasakan. Disaat hari kembali membuatku menjadi seorang pengembara di dunia kampus (sok mahasiswa ji). Iya berlagak menjadi seorang mahasiswa adalah hal yang sedikit tidak gampang. Selain cemoohan “penghabis uang”. Menjadi mahasiswa juga harus terlihat sok intelektual. Bukan suatu kutukan tapi menuntut ilmu adalah usaha yang beriringan dengan ibadah. Mulia sekali. 

Tampil sangar, dengan wajah yang dibalut dengan emosi dan mahal senyum kepada mahasiswa baru sepertinya menjadi hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir. Seolah dengan rambut yang “gondrong” akan membuktikan bahwa dirinya tidak pernah cukur selama tiga tahun terakhir. Rambut sebahu kata ustad Hannan Attaki adalah sunnah nabi. Setidaknya si gondrong (yang tidak acak acakan) berusaha mengikuti sunnah, meskipun hanya lewat rambut. 

Sebenarnya, tidak usah sesangar itu. Tampillah ramah, murahlah senyum. Sesungguhnya sedekah yang bisa dilakukan oleh orang miskin seperti kita, salah satunya adalah senyum. Bukan begitu?. 

Sepertinya kata kata “Hubungi dulu dosen ehh..” Akan kembali terdengar, ketika mahluk kesepian nan kebosanan sudah tidak kuat lagi menunggu. Benar, menunggu adalah pekerjan yang membosankan tapi bukankah menunggu jodoh sambil memperbaiki diri adalah pekerjaan yang cukup mulia juga?. Ehh Baper.  

Tuntutan judul skripsi akan segera menanti seiring dengan tuntutan pertanyaan kapan nikah yang menjelang bulan muharram ini sangat gencar dikalangan seangkatan. Benar benar cobaan yang bisa teratasi dengan berusaha tampil sibuk dan mengabaikan pertanyaan itu. Meskipun serangan pertanyaan itu tak henti hentinya menghujam diseluruh penjuru aktivitas. Cobalah berusaha tabah.
Menjadi mahluk tertua dikampus, setelah dosen dan bangunan bangunan angkernya. Mungkin bisa membuatmu sedikit dewasa. Setidaknya dewasa dalam bertindak tidak semena mena kepada orang yang bertindak semena mena kepada kita. Sipakatau (memanusiakan manusia), salah satu slogan Bugis Makassar yang bisa dipakai untuk menghargai orang lain. 

Harapannya semoga dapat pembimbing yang baik. Karena sejatinya yang tua akan dihargai jika yang muda disayangi. Mari kita saling menyayangi. ... Apakah  -_-

Hati Hati dengan Para Pembunuh

05:23 1
“Saya tidak segan segan membunuh jika ada yang merusak rasa nyamanku”

Tiba tiba saja ucapan itu terlontar dari mulut saya, entah karena saya merasakan sesuatu yang sangat tidak nyaman karena tingkah mereka yang mempermainkan atau mereka yang dengan sengaja memaka saya untuk berucap demikian. 

Foto terbaik yang telah kuperoleh dengan segenap tenaga dan cucuran keringat berjalan selama dua hari yang membuat betisku terasa keram dan butuh pijitan yang serius ditambah lagi beban carel dipungung yang membuatku seperti ingin mengkonsumsi susu penguat tulang yang di siarkan dengan heboh di iklan iklan tv. Tiba tiba saja kau menghapus foto itu. Sungguh kejam.
Saya benar benar tidak segan jika harus membunuh.

 Maaf, Bukan membunuh pelaku yang menghapusnya tapi membunuh nyamuk yang menggigit pelaku itu. Sekarang dia menginap dirumahku disaat nyamuk sedang berpesta darah manusia. Saya tidak tega jika nyamuk itu berani menyentuhnya. Segera kunyalakan obat yang berlabel obat nyamuk. Mungkin dengan memberikannya obat, kuberharap nyamuk itu bisa sehat dan berpikiran sehat (postif) untuk tidak menyakiti manusia dengan gigitannya dan mengambil darah manusia bak petugas PMI. 

Heran, jika ada manusia yang dengan tega memperlakukan manusia lain, bak nyamuk yang kuceritakan diatas. Manusia yang membunuh manusia lain tanpa sebab, setahuku dalam islam itu akan mendapat ganjaran yang luar biasa menyakitkan. Apalagi cara membunuhnya yang tidak manusiawi. Sungguh kejam. 

Memperlakukan manusia lain dengan tidak manusiawi saja itu sudah sangat buruk. Apalagi membunuh dengan cara yang tidak manusiawi. Lagi lagi persoalan agama. Kemarin malam di acara tv,  ada yang warga non islam yang menyatakan “orang yang memperlakukan manusia dengan tidak manusiawi itu bukan orang yang beragama, karena ajaran setiap agama adalah mengajarkan kasih sayang dan tingkah laku yang baik kepada semua orang. 

Semoga mereka yang berbuat kejam, segera sadar. Mari kita doakan.

Atas dasar perlakuan keji dan tindak semena mena dengan dasar perebutan daerah kekuasaan ataupun ketersinggungan perasaaan. Yang telah berlangsung bertahun tahun, seingatku di Indonesia juga pernah. Banyak komunitas, baik yang islam ataupun non islam rela meluangkan waktunya untuk peduli kepada mereka yang tersiksa. Mereka yang direbut haknya.  Para relawan ini berdalil bahwa “cukup menjadi manusia untuk merasakan kesedihan mereka”. Memang betul, mereka sangat manusiawi. Tak peduli dari golongan apa, agama apa, komunitas apa, mereka semua memberikan bantuan sebisanya. Minimal dengan berdoa. 

Semoga orang orang yang mempunyai rasa kepedulian yang tinggi bisa terus menciptakan rasanya itu, paling tidak mewariskan kepada keturunan ataupun orang orang terdekatnya. Amin.

Like this ya